Tanggal 21 Oktober 2025 bakal saya ingat lama. Hari itu saya dijadwalkan interview via Zoom dengan tim rekruter dari salah satu grup tambang besar di Halmahera. Posisi yang saya lamar: IT Security, dengan penempatan di Head Office mereka di Senayan, Jakarta Pusat.
Awalnya saya semangat banget. Bidangnya pas, lokasinya strategis, dan saya memang tertarik masuk ke industri tambang besar. Tapi sayangnya, pengalaman interview kali ini malah jadi sesuatu yang... yah, agak bikin tepok jidat dan bikin saya geleng-geleng kepala juga.
Ketika Ditanya Banyak Sekaligus
Begitu sesi dimulai, saya disambut oleh seorang manager IT dan seorang rekruter, manager IT tersebut langsung mengambil alih wawancara. Nada bicaranya cepat dan to the point.
Tanpa basa-basi, dia langsung menanyakan beberapa hal sekaligus seperti profil pribadi, background pribadi, background project, alasan ingin gabung ke perusahaan mereka, dan alasan keluar dari tempat kerja sebelumnya.
Karena semua pertanyaan itu datang hampir bersamaan, saya sempat terdiam beberapa detik buat nyusun jawaban biar runut dan karena suara Bapak Manager ini kurang terdengar saya menanyakan sekali lagi. Tapi belum sempat mulai menjawab... Manager IT itu mengatakan cukup dan Zoom saya tiba-tiba ditutup.
Saya kira koneksi saya yang error. Tapi setelah coba join ulang, ternyata saya sudah dikeluarkan dari meeting. Nggak ada peringatan, nggak ada “sebentar ya”, bahkan nggak sempat ngomong satu kalimat pun.
Tanpa Feedback, Tanpa Penjelasan
Sampai sekarang, nggak ada feedback atau follow-up apa pun dari pihak rekruter. Nggak ada email, nggak ada ucapan “terima kasih sudah melamar”. Padahal, sekadar balasan sederhana pun sudah cukup buat menunjukkan profesionalitas.
Yang bikin kecewa bukan karena gagal interview, tapi karena caranya. Ngeblank itu hal manusiawi apalagi kalau ditanya beberapa hal sekaligus di menit pertama. Bukan berarti saya nggak kompeten.
Refleksi Kecil
Saya sadar, dunia kerja bisa keras dan waktu rekruter mungkin terbatas. Tapi tetap saja, etika komunikasi itu penting, apalagi buat posisi profesional.
Kadang bukan jawaban yang menentukan, tapi bagaimana sebuah proses memperlakukan orang di dalamnya.
Pengalaman ini jadi pengingat buat saya: tetap tenang, dan jangan kaget kalau dunia profesional kadang nggak seprofesional yang kita kira. 😅
Posting Komentar